Peternakan Kambing adalah salah satu upaya manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan. Terdapat banyak potensi yang terdapat didalam usaha peternakan kambing. Setidaknya ada beberapa tujuan yang bisa di tempuh, tujuan jangka pendek/harian yakni berupa susu kambing, tujuan jangka menengah/bulanan pupuk kambing, dan tujuan jangka panjang/tahunan yaitu berupa daging dan bibit kambing. Banyak metode yang dikembangkan untuk dapat meningkatkan kualitas hasil peternakan, salah satunya adalah pemanfaatan mikroorganisme. Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari peranan mikroorganisme terutama dalam bidang fermentasi. Teknologi fermentasi saat ini sedang dikembangkan dalam bidang peternakan, yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hasil ternak dengan sumber daya pakan yang terbatas dengaN fermentasi jerami, memanfaatkan limbah ternak (kotoran) kambing menjadi pupuk organic dan pengolahan susu kambing menjadi produk lain, misalnya yogurt.
a. Pemanfaatan Teknologi Fermentasi Jerami sebagai Pakan Kambing
Salah satu permasalahan yang mungkin dihadapi peternak dalam pengembangan peternakan kambing adalah ketersediaan pakan, terutama pada musim kering/ kemarau dimana sulit untuk memperoleh rumput/ jerami segar. Sehingga, diperlukan suatu solusi dalam mengatasi masalah pakan. Salah satu upaya terobosan yang saat ini sedang dikembangkan adalah dengan menggunakan teknologi fermentasi. Fermentasi adalah proses yang pemanfaatan kemampuan mikroorganisme untuk menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Dengan teknik fermentasi, pakan hijau yang melimpah saat musim penghujan bisa difermentasi sebagai persediaan pakan (stock), terutama jika pakan hijau berkurang di musim kemarau. Pakan fermentasi mampu memberikan asupan nutrisi yang lebih baik daripada daun hijau biasa. Selain itu biaya produksinya jauh lebih kecil dan lebih praktis. Menurut beberapa penelitian, memberikan pakan fermentasi kepada ternak mempunyai banyak keuntungan, antara lain : meningkatkan nafsu makan sehingga penggemukan semakin cepat, memperbaiki proses pencernaan, lebih kebal terhadap penyakit, meningkatkan produksi susu, mengurangi bau kotoran dan air kencing, kotoran menjadi lebih sedikit karena pakan menjadi tercerna dengan baik dan beberapa peternak membuktikan kasus cacingan menurun semenjak menggunakan pakan fermentasi.
Dalam penerapan teknologi fermentasi, bahan yang digunakan adalah Starbio dan EM4. Starbio merupakan mikroba / bakteri yang berfungsi menguraikan limbah menjadi bahan asal alami yang tidak berbau. Starbio merupakan hasil teknologi tinggi yang berisi koloni mikroba rumen sapi yang diisolasi dari alam untuk membantu penguraian struktur jaringan pakan yang sulit terurai. Adapun koloni-koloni mikroba tersebut terdiri dari mikroba yang bersifat proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan yang bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (http://www.lembahhijau.com/product.htm). Kumpulan mikroba yg terdapat dalam starbio akan membantu pencernaan pakan dalam tubuh ternak, membantu penyerapan pakan lebih banyak sehingga pertumbuhan ternak lebih cepat dan produksi dapat meningkat. Hasilnya, Feed Convertion Ratio (FCR) atau konversi pakan akan menurun sehingga biaya pakan menjadi lebih murah. EM4 (Effective Microorganisme) adalah biakan bakteri yang biasanya digunakan sebagai aktivator kompos. EM4 pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang. Dalam EM4 ini terdapat sekitar 80 genus mikroorganisme fermentor. Mikroorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu: bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast) dan Actinomycetes. Selain jerami, material lain yang bisa di fermentasi untuk makanan ternak antara lain: alang-alang, rumput, pucuk tebu dll. Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai penyuplai NH3, yang digunakan sebagai sumber energi mikroba dalam poses fermentasi. Jadi urea tidak berfungsi sebagai penambah nutrisi pakan. Bisa juga dikatakan sebagai katalisator dalam proses fermentasi.
Dalam pembuatan jerami fermentasi ini, adalah beberapa tahapan pekerjaan yang harus dilakukan, antara lain : mencari tempat yang berlantai tanah dan kalau bisa teduh (tidak terkena panas dan hujan), lalu menumpukkan jerami padi setebal 20 cm dipadatkan dengan cara diinjak-injak, mencampur Starbio/ EM4 dengan urea dan air, hasil campuran disiramkan ke seluruh permukaan jerami agar merata (jika jerami sudah basah, tidak perlu disiram dengan air, cukup dipercik-percikan dengan larutan starbio/ EM4 dan urea), menumpuk kembali dengan jerami setinggi 20 cm, lalu dipadatkan, mengulangi kembali langkah (3) hingga jerami habis. Bagian paling atas ditutup dengan plastik atau jerami kering. Lalu dibiarkan selama 7-10 hari. Pada hari ke 7 dilakukan pemeriksaan aroma (bau) yang timbul pada tumpukan jerami. Jika aroma jerami sudah berubah beraroma amonia dan serat-serat jerami sudah lunak (periksa dengan cara pegang dan remas-remas) maka proses fermentasi jerami sudah selesai. Jika belum, proses dapat dilanjutkan sampai maksimum 10 hari.
b. Pemanfaatan Teknologi Fermentasi Kotoran dan Urine Kambing sebagai Pupuk Organik
Peternakan kambing umumnya akan menghasilkan volume kotoran kambing yang cukup banyak, namun limbah ternak/ kotoran kambing bisa diolah menjadi pupuk organik. Kandang kambing yang dekat dengan pemukiman akan mengkuatirkan dalam hal kebersihan maupun kesehatan. Namun bila kotorannya bisa diolah menjadi kompos/ pupuk organic, bisa menjadi solusi dalam menyelesaikan penumpukan kotoran kambing. Prinsip pengolahan limbah ternak adalah proses merubah limbah organik (kotoran) menjadi pupuk organik secara biologis dibawah kondisi yang terkontrol. Tujuannya untuk membuat keseimbangan proses pembusukan bahan organik, mengurangi bau, membunuh biji gulma dan organism pathogen sehingga menjadi pupuk yang sesuai dengan kebutuhan lahan pertanian. Apabila kondisi tidak atau kurang terkontrol terjadi pembusukan sehingga timbul bau yang menyengat, timbul cacing dan insecta.
Pupuk organik yang dapat dihasilkan dari limbah ternak ada 2, yaitu pupuk organik cair yang diolah dari urine kambing dan pupuk organik padat yang diolah dari kotoran kambing. Untuk pengolahan urine kambing adalah menggunakan bakteri EM4 dan molase. Tahapan pengolahan urine kambing yaitu : Bakteri EM4 dan Molases dilarutkan dalam air jernih sebanyak 10 liter, kemudian dituangkan ke dalam drum urine, setelah tercampur antara urine dan bahan-bahan, kemudian urine diaduk sampai rata selama 15 menit, kemudian drum plastic ditutup rapat, melakukan pengadukan setiap hari selama 15 menit dan kemudian drum ditutup rapat kembali selama tujuh hari. Setelah tujuh hari urine dipompa dengan menggunakan pompa yang biasa dipakai pada aquarium untuk meniriskan urine dan dilewatkan melalui talang plastik dengan panjang 2m yang dibuat seperti tangga selama 3 jam, tujuan proses ini untuk penipisan atau menguapkankandungan gas ammonia, agar tidak berbahaya bagi tanaman yang akan diberi pupuk bio urine tersebut. Kemudian pupuk cair ini siap digunakan.
Sedangkan untuk pengolahan pupuk organik padat yaitu : menyiapkan tempat atau hamparan yang ternaungi, melakukan proses pencampuran bahan, agar mudah dan merata bisa dilakukan dengan cara membuat lapisan-lapisan. Pembuatan lapisan dengan cara menghamparkan kotoran kambing dan setebal kurang lebih 20-30 cm dan taburkan abu dan decomposer secukupnya. Kemudian menyiapkan EM4 dari dosis yang ditetapkan yang dilarutkan dalam air kemudian disiramkan pada lapisan tersebut hingga kadar air mencapai 40%. Membuat lapisan berikutnya hingga semua bahan habis, kemudian lapisan tersebut dicangkul dari salah satu sisi searah hingga menimbulkan timbunan baru. Melakukan lagi kearah kebalikannya, kemudian ditimbun atau dibuat gunungan sebesar lebar terpal penutup. Mendiamkan selama 1 minggu, setelah satu minggu terpal dibuka dan timbunan diaduk untuk tujuan pemberian airasi pada proses pengomposan. Proses pengomposan yang berhasil akan timbul panas dan dapat dirasakan saat pembongkaran gundukan. Perkirakan setelah 3 minggu Kompos sudah bisa dibongkar dan diangin anginkan supaya menghilangkan bau amoniak dan sudah dapat dipakai.
c. Pemanfaatan Teknologi Fermentasi Susu Kambing menjadi Yogurt
Susu kambing mempunyai aroma yang kurang diminati, salah satu cara agar susu tersebut menjadi produk yang mempunyai nilai tambah dan masa simpan yang lebih lama dapat dilakukan fermentasi dengan menggunakan bakteri. Yoghurt adalah produk susu fermentasi berbentuk semi-solid yang dihasilkan melalui proses fermentasi susu dengan menggunakan bakteri asam laktat. Salah satu faktor yang berperan pada kualitas yoghurt adalah fermentasi. Tingkat kemampuan susu kambing untuk bertahan dengan kualitas baik lebih singkat dibandingkan susu sapi, sehingga fermentasi dilakukan untuk memperpanjang ketahanan susu kambing, terutama kandungan mineral dan vitamin yang ada didalamnya. Hasil dari fermentasi susu kambing ini, kini sedang dalam proses uji coba untuk pengobatan. Hasilnya, lima tahun terakhir sejak dikembangkan, telah memberi hasil positif pada penderita diabetes, tekanan darah, asam urat, sembelit, alergi, kolesterol dan osteoporosis. Kandungan mikro bakteri yang ada, juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Dalam setiap botol kecil berukuran 150 ml, ada ratusan mikro bakteri. Jadi mampu menjadi pelindung dan pengusir bakteri jahat yang masuk di tubuh.
Referensi :
Chairunnisa, Hartati et, all. 2010. Karakteristik Produk Fermentasi dari Bahan Baku Kombinasi Susu Kambing dengan Ekstrak Kedelai, Ekstrak Jagung atau Santan Kelapa. Komunikasi Singkat. J.Teknol dan Industri Pangan Vol. XXI No.1. Universitas Padjajaran.
Eko, Eiry. 2006. Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya. Jakarta. 60-63.
Mathius, Wayan. 1994. Potensi dan Pemanfaatan Pupuk Organik Asal Kotoran Kambing-Domba. Balai Penelitian Ternak.
Wartazoa Vol.3 No.2-4. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Muchi, Martawidjaja. 2003. Pemanfaatan Jerami Padi Sebagai Pengganti Rumput untuk ternak Ruminansi Kecil. Wartazoa Vol. 13 No. 3. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Yunilas. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Karya Ilmiah. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. USU Repository.
No comments:
Post a Comment